Picture
Dalam sepanjang sejarah, Allah selalu memunculkan ulama besar yang ahli hadits dan benar-benar jenius otaknya, cerdas, bertaqwa dan berakklaq sangat mulia terjaga dari dusta meski hanya sekali seumur hidup. Manusia pilihan ini sesungguhnya berperan sebagai pewaris Nabi dalam penjagaan risalah ini dari noda-noda subhat dan pemahaman yang menyeleweng dari makna yang sebenarnya dengan tujuan agar Islam tetap autentik menjadi agama yang benar-benar terhormat dan tinggi kedudukannya baik di mata kaum muslimin maupun dimata manusia yang lain.
Imam Bukhari merupakan salah satu tanda kekuasaan (ayat) dan kebesaran Allah di muka bumi ini. Allah telah mempercayakan kepada Bukhari dan para pemuka dan penghimpun hadits lainnya, untuk menghafal dan menjaga sunah-sunah Nabi kita Muhammad SAW. Diriwayatkan, bahwa Imam Bukhari berkata: "Saya hafal hadits di luar kepala sebanyak 100.000 buah hadits sahih, dan 200.000 hadits yang tidak sahih."
Mengenai kejeniusan Imam Bukhari dapat dibuktikan pada kisah berikut. Ketika ia tiba di Baghdad, ahli-ahli hadits di sana berkumpul untuk menguji kemampuan dan kepintarannya. Mereka mengambil 100 buah hadits, lalu mereka tukar-tukarkan sanad dan matannya (diputar balikkan), matan hadits ini diberi sanad hadits lain dan sanad hadits lain dinbuat untuk matan hadits yang lain pula. 10 orang ulama tampil dan masing-masing mengajukan pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan tentang hadits yang telah diputarbalikkan tersebut. Orang pertama tampil dengan mengajukan sepuluh buah hadits kepada Bukhari, dan setiap orang itu selesai menyebutkan sebuah hadits, Imam Bukhari menjawab dengan tegas: "Saya tidak tahu hadits yang Anda sebutkan ini." Ia tetap memberikan jawaban serupa sampai kepada penanya yang ke sepuluh, yang masing-masing mengajukan sepuluh pertanyaan. Di antara hadirin yang tidak mengerti, memastikan bahwa Imam Bukhari tidak akan mungkin mampu menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan itu, sedangkan para ulama berkata satu kepada yang lainnya: "Orang ini mengetahui apa yang sebenarnya."
Setelah 10 orang semuanya selesai mengajukan semua pertanyaannya yang jumlahnya 100 pertanyaan tadi, kemudian Imam Bukhari melihat kepada penanya yang pertama dan berkata: "Hadits pertama yang anda kemukakan isnadnya yang benar adalah begini; hadits kedua isnadnya yang benar adalah beginii?" Begitulah Imam Bukhari menjawab semua pertanyaan satu demi satu hingga selesai menyebutkan sepuluh hadits. Kemudian ia menoleh kepada penanya yang kedua, sampai menjawab dengan selesai kemudian menoleh kepada penanya yang ketiga sampai menjawab semua pertanyaan dengan selesai sampai pada penanya yang ke sepuluh sampai selesai. Imam Bukhari menyebutkan satu persatu hadits-hadits yang sebenarnya dengan cermat dan tidak ada satupun dan sedikitpun yang salah dengan jawaban yang urut sesuai dengan sepuluh orang tadi mengeluarkan urutan pertanyaanya. Maka para ulama Baghdad tidak dapat berbuat lain, selain menyatakan kekagumannya kepada Imam Bukhari akan kekuatan daya hafal dan kecemerlangan pikirannya, serta mengakuinya sebagai "Imam" dalam bidang hadits.
Sebagian hadirin memberikan komentar terhadap "uji coba kemampuan" yang menegangkan ini, ia berkata: "Yang mengagumkan, bukanlah karena Bukhari mampu memberikan jawaban secara benar, tetapi yang benar-benar sangat mengagumkan ialah kemampuannya dalam menyebutkan semua hadits yang sudah diputarbalikkan itu secara berurutan persis seperti urutan yang dikemukakan oleh 10 orang penguji, padahal ia hanya mendengar pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu hanya satu kali."Jadi banyak pemirsa yang heran dengan kemampuan Imam Bukhari mengemukakan 100 buah hadits secara berurutan seperti urutannya si penanya mengeluarkan pertanyaannya padahal beliau hanya mendengarnya satu kali, ditambah lagi beliau membetulkan rawi-rawi yang telah diputarbalikkan, ini sungguh luar biasa.
Imam Bukhari pernah berkata: "Saya tidak pernah meriwayatkan sebuah hadits pun juga yang diterima dari para sahabat dan tabi'in, melainkan saya mengetahui tarikh kelahiran sebagian besar mereka, hari wafat dan tempat tinggalnya. Demikian juga saya tidak meriwayatkan hadits sahabat dan tabi'in, yakni hadits-hadits mauquf, kecuali ada dasarnya yang kuketahui dari Kitabullah dan sunah Rasulullah SAW."
Dengan kedudukannya dalam ilmu dan kekuatan hafalannya Imam Bukhari sebagaimana telah disebutkan, wajarlah jika semua guru, kawan dan generasi sesudahnya memberikan pujian kepadanya. Seorang bertanya kepada Qutaibah bin Sa'id tentang Imam Bukhari, ketika menyatakan : "Wahai para penenya, saya sudah banyak mempelajari hadits dan pendapat, juga sudah sering duduk bersama dengan para ahli fiqh, ahli ibadah dan para ahli zuhud; namun saya belum pernah menjumpai orang begitu cerdas dan pandai seperti Muhammad bin Isma'il al-Bukhari."
Imam al-A'immah (pemimpin para imam) Abu Bakar ibn Khuzaimah telah memberikan kesaksian terhadap Imam Bukhari dengan mengatakan: "Di kolong langit ini tidak ada orang yang mengetahui hadits, yang melebihi Muhammad bin Isma'il." Demikian pula semua temannya memberikan pujian. Abu Hatim ar-Razi berkata: "Khurasan belum pernah melahirkan seorang putra yang hafal hadits melebihi Muhammad bin Isma'il; juga belum pernah ada orang yang pergi dari kota tersebut menuju Irak yang melebihi kealimannya."
Al-Hakim menceriakan, dengan sanad lengkap. Bahwa Muslim (pengarang kitab Sahih), dating kepada Imam Bukhari, lalu mencium antara kedua matanya dan berkata: "Biarkan saya mencium kaki tuan, wahai maha guru, pemimpin para ahli hadits dan dokter ahli penyakit (ilat) hadits." Mengenai sanjungan diberikan ulama generasi sesudahnya, cukup terwakili oleh perkataan al-Hafiz Ibn Hajar yang menyatakan: "Andaikan pintu pujian dan sanjungan kepada Bukhari masih terbuka bagi generasi sesudahnya, tentu habislah semua kertas dan nafas. Ia bagaikan laut tak bertepi."
Imam Bukhari adalah seorang yang berbadan kurus, berperawakan sedang, tidak terlalu tinggi juga tidak pendek; kulitnya agak kecoklatan dan sedikit sekali makan. Ia sangat pemalu namun ramah, dermawan, menjauhi kesenangan dunia dan cinta akhirat. Banyak hartanya yang disedekahkan baik secara sembunyi maupun terang-terangan, lebih-lebih untuk kepentingan pendidikan dan para pelajar. Kepada para pelajar ia memberikan bantuan dana yang cukup besar. Diceritakan ia pernah berkata: "Setiap bulan, saya berpenghasilan 500 dirham,semuanya dibelanjakan untuk kepentingan pendidikan. Sebab, apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal."
Imam Bukhari sangat hati-hati dan sopan dalam berbicara dan dalam mencari kebenaran yang hakiki di saat mengkritik para perawi. Terhadap perawi yang sudah jelas-jelas diketahui kebohongannya, ia cukup berkata: "Perlu dipertimbangkan, para ulama meninggalkannya atau para ulama berdiam diri tentangnya." Perkataan yang tegas tentang para perawi yang tercela ialah: "Haditsnya diingkari."
Meskipun ia sangat sopan dalam mengkritik para perawi, namun ia banyak meninggalkan hadits yang diriwayatkan seseorang hanya karena orang itu diragukan. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa ia berkata: "Saya meninggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu dipertimbangkan, dan meninggalkan pula jumlah yang sama atau lebih, yang diriwayatkan perawi yang dalam pandanganku, perlu dipertimbangkan."
Selain dikenal sebagai ahli hadits, Imam Bukhari juga sebenarnya adalah ahli dalam fiqh. Dalam hal mengeluarkan fatwa, ia telah sampai pada derajat mujtahid mustaqiil (bebas, tidak terikat pendapatnya pada madzhab-madzhab tertentu) atau dapat mengeluarkan hukum secara sendirian. Dia mempunyai pendapat-pendapat hukum yang digalinya sendiri. Pendapat-pendapatnya itu terkadang sejalan dengan madzhab Abu Hanifah, terkadang sesuai dengan Madzhab Syafi'i dan kadang-kadang berbeda dengan keduanya. Selain itu pada suatu saat ia memilih madzhab Ibn Abbas, dan disaat lain memilih madzhab Mujahid dan 'Ata dan sebagainya. Jadi kesimpulannya adalah Imam Bukhari adalah seorang ahli hadits yang ulung dan ahli fiqh yg berijtihad sendiri, kendatipun yang lebih menonjol adalah setatusnya sebagai ahli hadits, bukan sebagai ahli fiqh.
Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang alim, ia juga tidak melupakan kegiatan lain yang dianggap penting untuk menegakkan Dienul Islam. Imam Bukhari sering belajar memanah sampai mahir, sehingga dikatakan bahwa sepanjang hidupnya, ia tidak pernah luput dalam memanah kecuali hanya dua kali. Keadaan itu timbul sebagai pengamalan sunah Rasul yang mendorong dan menganjurkan kaum Muslimin belajar menggunakan anak panah dan alat-alat perang lainnya. Tujuannya adalah untuk memerangi musuh-musuh Islam dan mempertahankannya dari kejahatan mereka.
Diantara hasil karya Imam Bukhari adalah sebagai berikut :
• Al-Jami' as-Sahih (Sahih Bukhari).
• Al-Adab al-Mufrad.
• At-Tarikh as-Sagir.
• At-Tarikh al-Awsat.
• At-Tarikh al-Kabir.
• At-Tafsir al-Kabir.
• Al-Musnad al-Kabir.
• Kitab al-'Ilal.
• Raf'ul-Yadain fis-Salah.
• Birril-Walidain.
• Kitab al-Asyribah.
• Al-Qira'ah Khalf al-Imam.
• Kitab ad-Du'afa.
• Asami as-Sahabah.
• Kitab al-Kuna.

Sekilas Tentang Kitab AL-JAMI' AS-SAHIH (Sahih Bukhari)
Diceritakan, Imam Bukhari berkata: "Aku bermimpi melihat Rasulullah SAW.; seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta'bir, ia menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadits Rasulullah SAW. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami' as-Sahih."
Dalam menghimpun hadits-hadits sahih dalam kitabnya, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan kesahihan hadits-haditsnya dapat dipertanggungjawabkan. Beliau telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meneliti dan menyelidiki keadaan para perawi, serta memperoleh secara pasti kesahihan hadits-hadits yang diriwayatkannya. Beliau senantiasa membanding-bandingkan hadits-hadits yang diriwayatkan, satu dengan yang lain, menyaringnya dan memlih has mana yang menurutnya paling sahih. Sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring bagi hadits-hadits tersebut. Hal ini tercermin dari perkataannya: "Aku susun kitab Al-Jami' ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun." Dan beliau juga sangat hati-hati, hal ini dapat dilihat dari pengakuan salah seorang muridnya bernama al-Firbari menjelaskan bahwa ia mendengar Muhammad bin Isma'il al-Bukhari berkata: "Aku susun kitab Al-Jami' as-Sahih ini di Masjidil Haram, dan tidaklah aku memasukkan ke dalamnya sebuah hadits pun, kecuali sesudah aku memohonkan istikharoh kepada Allah dengan melakukan salat dua rekaat dan sesudah aku meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar sahih."
Maksud pernyataan itu ialah bahwa Imam Bukhari mulai menyusun bab-babnya dan dasar-dasarnya di Masjidil Haram secara sistematis, kemudian menulis pendahuluan dan pokok-pokok bahasannya di Rawdah tempat di antara makan Nabi SAW. dan mimbar. Setelah itu, ia mengumpulkan hadits-hadits dan menempatkannya pada bab-bab yang sesuai. Pekerjaan ini dilakukan di Mekah, Madinah dengan tekun dan cermat, menyusunnya selama 16 tahun.
Dengan usaha seperti itu, maka lengkaplah bagi kitab tersebut segala faktor yang menyebabkannya mencapai kebenaran, yang nilainya tidak terdapat pada kitab lain. Karenanya tidak mengherankan bila kitab itu mempunyai kedudukan tinggi dalam hati para ulama. Maka sungguh tepatlah ia mendapat predikat sebagai "Buku Hadits Nabi yang Paling Sahih."
Diriwayatkan bahwa Imam Bukhari berkata: "Tidaklah kumasukkan ke dalam kitab Al-Jami'as-Sahih ini kecuali hadits-hadits yang sahih; dan kutinggalkan banyak hadits sahih karena khawatir membosankan."
Kesimpulan yang diperoleh para ulama, setelah mengadakan penelitian secara cermat terhadap kitabnya, menyatakan bahwa Imam Bukhari dalam kitab Sahih-nya selalu berpegang teguh pada tingkat kesahihan yang paling tinggi, dan tidak turun dari tingkat tersebut kecuali dalam beberapa hadits yang bukan merupakan materi pokok dari sebuah bab, seperti hadits mutabi dan hadits syahid, dan hadits-hadits yang diriwayatkan dari sahabat dan tabi'in.
Jumlah Hadits Kitab Al-Jami'as-Sahih (Sahih Bukhari)
Al-'Allamah Ibnus-Salah dalam Muqaddimah-nya menyebutkan, bahwa jumlah hadits Sahih Bukhari sebanyak 7.275 buah hadits, termasuk hadits-hadits yang disebutnya berulang, atau sebanyak 4.000 hadits tanpa pengulangan. Perhitungan ini diikuti oleh Al-"Allamah Syaikh Muhyiddin an-Nawawi dalam kitabnya, At-Taqrib.
Selain pendapat tersebut di atas, Ibn Hajar di dalam muqaddimah Fathul-Bari, kitab syarah Sahih Bukhari, menyebutkan, bahwa semua hadits sahih mawsil yang termuat dalam Sahih Bukhari tanpa hadits yang disebutnya berulang sebanyak 2.602 buah hadits. Sedangkan matan hadits yang mu'alaq namun marfu', yakni hadits sahih namun tidak diwasalkan (tidak disebutkan sanadnya secara sambung-menyambung) pada tempat lain sebanyak 159 hadits. Semua hadits Sahih Bukhari termasuk hadits yang disebutkan berulang-ulang sebanyak 7.397 buah. Yang mu'alaq sejumlah 1.341 buah, dan yang mutabi' sebanyak 344 buah hadits. Jadi, berdasarkan perhitungan ini dan termasuk yang berulang-ulang, jumlah seluruhnya sebanyak 9.082 buah hadits. Jumlah ini diluar hadits yang mauquf kepada sahabat dan (perkataan) yang diriwayatkan dari tabi'in dan ulama-ulama sesudahnya.

 
Picture
Saudaraku fillah.. Kadang-kadang kita melihat fenomena ganjil pada saudara kita bakan mungkin kita sendiri begitu Pedenya merasa sudah banyak beramal, banyak berbuat baik, banyak menumpuk dan memupuk nilai pahala yang berlipat ganda, banyak berkorban harta, tenaga dan waktu. Lalu dengan itu semua merasa sedikit longgar memberikan kesempatan pada anggota tubuhnya melakukan hal-hal yang dianggap remeh dari kesalahan-kesalahan kecil, bahkan memupuknya dengan dosa, memupuk dosa-dosa kecil dengan dosa besar, dan pada akhirnya akan terjerumus untuk melakukan hal-hal yang jauh lebih besar lagi yang akan menghancurkan diri dan kehidupannya dunia akhirat. Padahal masya Allah, para salafus shalih yang mereka notabene pembawa tali ikatan ummat sejak awal, menyalakan obor Islam agar menerangi seluruh alam yang tentu saja hamba-hamba Allah yang banyak amalannya sedikit, luas ilmunya dan tinggi tingkat ketaqwaannya kepada Allah pun masih sangat ketakutan jangan-jangan amalannya mereka tidak diterima di sisi Allah swt. 
Ketahuilah saudaraku seiman -mudah-mudahan Allah menerangi hatimu dengan petunjukNya. Sesungguhnya pahala yang besar dan kebaikan yang luas, yang Allah janjikan kepada hamba-hamba-Nya hanya dapat dicapai oleh orang yang melakukannya dengan penuh keimanan dan mengharap pahala.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

Setiap amalan itu pasti mempunyai permulaan dan tujuan akhir. Suatu amalan tidak akan menjadi ketaatan sampai di dasarkan atas keimanan, maka keimanan adalah pembangkitnya, bukan ada, bukan hawa nafsu, bukan pula karena mencari pujian dan kedudukan, dan sebagainya.

Tapi, permulaannya harus berasal dari iman, dan tujuan akhirnya adalah pahala Allah Ta’ala, serta mengharapkan keridhaan-Nya, yaitu al-ihtisab (mengharap pahala).

Oleh karena itu, dua perkara tersebut seringkali disandingkan, seperti dalam sabda Nabi,
Barangsiapa yang berupasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan ihtisab (mengharap pahala)… 1

Barangsiapa yang bangun pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan ihtisab … 2
dan (hadits) yang semisalnya. 3

Hati para hamba berada di antara dua jari ar-Rahman, Dia membolak-balikkan sesuai dengan kehendaknya. Ya Allah, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu. Terkadang, seseorang dihampiri aral yang merintangi dari maksudnya yang ikhlas, maka ia terhalang dari pahala dan dijanjikan tanpa ia sadari, karena pahala itu hanya diberikan atas amalan yang ikhlas saja.

Orang yang memperhatikan sirah (perikehidupan) Salafus Shalih dari perkataan dan perbuatan mereka, ia akan melihat bahwa mereka dalam rasa takut (khauf) dan berharap (raja’).

Rabb seluruh makhluk, Allah subhanahu wa ta’ala, berfirman mensifati sebaik-baik makhluk (Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam):

Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (adzab) Rabb mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Rabb mereka (dengan sesuatu apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. (QS. Al-Mu’minuun: 57-60).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini,
Dan orang-orang yang memberikan ayat yang telah mereka berikan dengan hati yang takut …
‘Aisyah berkata, “Apakah mereka orang-orang yang minum arak dan mencuri?” Beliau menjawab,

Tidak wahai puteri Ash-Shiddiq, tapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, melaksanakan shalat, dan bershadaqah, sedangkan mereka merasa takut amalan-amalan itu tidak diterima. Mereka itu adalah orang-orang yang beregera dalam kebaikan. 4
Allah menyebutkan kaum mukminin yang bersegera dalam kebaikan dengan sifat yang paling baik, walaupun mereka senantiasa takut amalan mereka tidak diterima.

Rahasianya bukan karena khawatir Allah tidak memberikan pahala kepada mereka, sekali-kali tidak!! Karena Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya.

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, maka Allah akan memberikan kepada mereka pahala amalan-amalan mereka dengan sempurna. (QS. Ali ‘Imran: 57).
Bahkan Allah menambahkan untuk mereka karunia, kebaikan dan nikmat-Nya:

Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya … (QS. Al-Fathir: 30).
Tapi, karena mereka merasa takut belum melaksanakan (amalan-amalan)nya sesuai dengan syarat-syarat ibadah sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah, maka mereka tidak bisa memastikan bahwa mereka telah melaksanakannya sesuai dengan keinginan Allah, tapi mereka mengira telah melakukan kekurangan dalam hal tersebut.

Oleh karena itu mereka merasa takut amalan mereka tidak diterima, maka mereka pun berlomba-lomba dalam kebaikan dan amal shalih. Maka, hendaknya seorang hamba memperhatikan ini, mudah-mudahan dapat menambah semangat untuk memperbaiki ibadah dan meluruskan amalan dengan cara ikhlas semata-mata karena Allah dan mengikuti Rasulullah.

Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa khawatir amalan-amalan mereka batal tanpa disadari, hal ini termasuk bagian dari kesempurnaan iman mereka. Firman Allah Ta’ala:

.. Tidaklah yang merasa aman dari adzab Allah, kecuali orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’raaf: 99).
‘Abdullah bin ‘Ubaidillah bin Abi Mulaikah, seorang yang tsiqah lagi faqih berkata,

Aku mendapati 30 sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, semuanya merasa takut kemunafikan menimpa diri mereka, tidak ada seorangpun dari mereka berkata imannya seperti keimanan (malaikat) Jibril dan Mika-il. 5
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Baari (I/110-111):

Para sahabat yang didapati oleh Ibnu Abi Mulaikah yang paling utama adalah ‘Aisyah, saudaranya yaitu Asma’, Ummu Salamah, ‘Abdullah bin ‘Umar, ‘Abdullah bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin Mas’ud, dan ‘Abdullah bin Az-Zubair, Abu Hurairah, ‘Uqbah bin Al-Harits dan Al-Musawwar bin Makhramah. Mereka adalah para sahabat yang ia dengar haditsnya.

Ia juga mendapati Sahabat lain yang lebih utama dari mereka, seperti ‘Ali bin Abi Thalib dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Ia memastikan bahwa mereka merasa takut (munculnya) kemunafikan dalam amalan-amalan mereka. Dan tidak ada nukilan dari selain mereka yang menyalahi itu, seakan-akan ini adalah ijma’.

Yang demikian itu karena seorang mukmin terkadang ditimpa rintangan yang mengotori amalnya, sehingga membuatnya tidak ikhlas, namun rasa takut mereka dalam perbuatan tersebut, tapi hanya menunjukkan kelebihan mereka dalam wara’ dan ketakwaan. Radhiyallahu ‘anhum.
Sungguh benar apa yang dikatakan al-Hafidz tadi, generasi Rabbani itu telah berjuang melawan hawa nafsunya karena Allah, sehingga mereka pun dekat kepada Allah berlipat-lipat dari amalan orang selain mereka.

Mereka -para shiddiqin- selalu melihat kepada hak Allah yang wajib mereka tunaikan, maka Allah pun memberikan (kenikmatan) berupa rasa penyesalan terhadap diri mereka (karena mereka merasa belum memenuhi hak-hak Allah dengan sempurna), mereka mengetahui bahwa keselamatan hanya dapat dicapai dengan ampunan Allah dan rahmat-Nya. Karena hak Allah adalah untuk ditaati dan bukan dimaksiati, untuk diingat dan tidak dilupakan serta untuk disyukuri dan tidak dikufuri.

Maka, barangsiapa yang selalu melihat hak Penciptanya yang wajib dilakukannya, ia akan tahu secara yakin bahwa ia belum dapat melaksanakannya sebagaimana mestinya. Tidak ada yang dapat menyelamatkannya kecuali ampunan-Nya, ia merasa akan celaka bila hanya bersandar pada amalannya saja.

Inilah tempat melihatnya orang-orang yang ikhlas demi Allah semata, dan inilah yang mewariskan rasa putus asa kepada dirinya, ia hanya menggantungkan seluruh pengharapannya kepada ampunan Allah dan rahmat-Nya.

Akan tetapi sungguh sangat disayangkan, jika orang yang bijaksana memperhatikan keadaan manusia di zaman ini, ia mendapati kenyataan yang berlawanan dengan hal tersebut. Mereka hanya menuntut hak mereka kepada Allah dan tidak mau memenuhi hak Allah atas mereka.

Dari situlah, mereka telah terputus asa dari Allah, hati mereka telah tertutup untuk mengenal, mencintai, merasakan kerinduan untuk bertemu dengan-Nya dan bersyukur terhadap nikmat-Nya. Ini adalah puncak kebodohan manusia terhadap Allah dan terhadap dirinya.

Ketahuilah -mudah-mudahan Allah merahmatimu- bahwa modal utama perdagangan yang tidak akan merugi adalah seorang hamba yang senantiasa melihat kepada hak Allah, kemudian melihat, apakah ia telah melaksanakannya dengan benar. Karena hal itu akan membawa seorang hamba kepada kedudukan para shiddiqin yang Rabbani yang menundukkan hatinya di hadapan Rabb-nya, ketundukan yang di dalamnya terdapat kemuliaan, yang merasa fakir kepada Allah, kefakiran yang di dalamnya terdapat kekayaan.

Ya Allah, inilah hati kami di hadapan-Mu, amalan kami tidak pernah tersembunyi dari-Mu, maka tetapkanlah -ya Allah- hati kami di atas jalan-Mu yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang Engkau berikan nikmat kepada mereka dari para Nabi, para shiddiq, para syahid dan orang-orang yang shalih. Merekalah sebaik-baik teman.

————————–————————–————————––

Catatan Kaki
…1
HR. Bukhari (2014), dan Muslim (760) dari Abu Hurairah.
…2
Ibid.
…3
Risaalah Tabuukiyah (hal. 45-46 dengan tahqiq Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali).
…4
Hasan dengan syawahidnya. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (3175), Ahmad (VI/159, 205) dan Al-Hakim (III/393-394) dari jalan Malik bin Mighwal dari ‘Abdurrahman bin Sa’id bin Wahb, dari ‘Aisyah.
Al-Hakim berkata, “Hadits ini sanadnya shahih.” Dan Adz-Dzahabi menyetujuinya. (Demikian secara ringkas dari catatan kaki di buku “Penyebab Rusaknya Amal” oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali )

Catatan Kaki
…5
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya secara mu’allaq (tanpa sanad) I/109-Fathul Bari dan disambung (sanadnya) oleh Abu Zur’ah Ar-Razi dalam Taarikh Dimasyqi (1367) secara ringkas

————————–————————–————————––

Disalin dari kitab “Mubthilaatul A’maal fii Dhau-il Qur’aanil Kariim was Sunnah ash-Shahiihah al-Muthahharah” oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali, Edisi Indonesia, “Penyebab Rusaknya Amal Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih” Pustaka Imam Syafi’i hal. 7 – 17.


 
Picture
Ketahuilah –wahai yang selalu mendapatkan kasih sayang dan perlindungan Allah SWT- bahwa kebanyakan dari orang-orang yang malas dan menganggur jika mendengar berita (kisah) kesungguhan para salafussalih dalam menunaikan ibadah qiyamullail, mereka menduga sebagai perbuatan berlebihan dan tasyaddud (keras) dan taklif (beban) yang berlebihan dan melampaui batas pada jiwa mereka.

Ini adalah suatu kejahilan dan kesesatan, karena ketika lemah keimanan kita, menurun azimah kita, kecil rasa rindu kita kepada surga dan sedikit rasa takut kita pada neraka maka akan mudah tunduk pada kenikmatan dan rasa senang yang diiringi sikap malas, tidur dan lalai. Akhirnya kitapun menjadi seseorang yang jika mendengar para ahli zuhud dan ahli ibadah serta apa yang mereka lakukan dari berbagai kesungguhan dan kegigihan dalam beribadah dan ketaatan terasa asing dan bahkan berusaha mengingkarinya. Tentunya tidak asing, karena setiap ada bejana yang ada di dalamnya pasti akan masak (matang), dan ketika hati para salaf bergantung pada Zat yang Maha Lembut dan Maha Pemaksa, keinginan mereka hanya tertuju pada tempat yang kekal. Seharusnya tertulis pada diri kita akan kebanggaan yang sangat mulia tersebut, karena mereka telah memberikan teladan yang mulia kepada kita. Namun ketika kita tunduk pada dunia dan berlomba-lomba menggapainya, maka kita akan menjadi jahat dibuatnya. Karena itu, sadarlah wahai saudaraku yang tercinta dari kelalaian ini, karena mereka pada ahli ibadah yang memiliki kesungguhan dalam beribadah di malam hari seakan seperti rahib, sementara kita tetap berada dalam kemalasan dan tenang berada diatas bantal!!

Berikut ini kisah para salafussalih dalam menunaikan ibadah qiyamullail dan sikap mereka terhadapnya:

1. Sa’id bin Musayyib berkata: Sungguh seseorang yang bangun pada malam hari lalu menunaikan shalat malam, Allah SWT akan memberikan kepadanya wajah yang berseri sehingga dicintai oleh setiap muslim, dan melihatnya sebagai sosok yang belum pernah dilihat sebelumnya. Lalu beliau berkata: “Sungguh saya sangat senang kepada orang ini”

2. Disebutkan ketika Al-Hasan Al-Bashri ditanya: Kenapa orang-orang yang rajin menunaikan ibadah qiyamullail mendapatkan wajah yang berseri-seri? Beliau menjawab: karena mereka telah meluangkan waktu mereka untuk Yang Maha Rahman maka Allah SWT memberikan kepada mereka cahaya-Nya.

3. Seorang penghulu tabi’in Sa’id bun Al-Musayyib menunaikan shalat fajar selama 50 tahun dengan wudhu shalat Isya dan beliau selalu melakukan ibadah puasa.

4. Syuraih bin Hani berkata: tidaklah seseorang kehilangan sesuatu lebih hina dari rasa kantuk yang ditinggalkannya!!! (maksudnya untuk menunaikan qiyamullail).

5. Tsabit Al-Banani berkata: tidaklah seorang hamba disebut ahli ibadah selamanya, sekalipun memiliki banyak kebaikan sehingga ia memiliki dua kebaikan ini: puasa dan shalat, karena kedunya seakan seperti daging dan darah!!

6. Imam Thawus bin Kaisan berkata: ketahuilah bahwa seseorang yang menunaikan qiyamullail dengan membaca 10 ayat Al-Qur’an hingga pagi akan ditulis untuknya 100 kebaikan atau lebih dari itu.

7. Imam Sulaiman bin Tharkhan berkata: Sesungguhnya mata jika dibiasakan tidur akan terbiasa tidur, dan jika dibiasakan bangun malam akan terbiasa untuk itu.

8. Yazid bin Aban Al-Ruqosyi berkata: Jika Saya tidur lalu bangun kemudian tidur lagi maka Allah SWT tidak membuatku tidur lagi setelahnya.

9. Al-Fudhail bin Iyadh menggenggam tangan Al-Husain bin Ziyad, lalu berkata kepadanya; Wahai Husain, Sesungguhnya Allah SWT turun pada setiap malam ke langit dunia lalu berkata: sungguh berdusta orang yang mengaku mencintaiku jika datang waktu malam namun terlelap tidur?!! Bukankah setiap orang yang dicintai akan meluangkan waktu kepada yang dicintainya?!!! Inilah Aku muncul melihat orang yang mencintai-KU pada saat tiba waktu malam kepada mereka,…., besok akan Aku tetapkan mata kekasih-KU di surga-KU.

10. Ibnu Al-Jauzi berkata: Ketika mendengar ucapan orang yang bersungguh-sungguh akan celaan (sungguh berdusta orang yang mengaku mencintaiku jika datang waktu malam namun terlelap tidur) dirinya bersumpah untuk tidak tidur selamanya.

11. Muhammad bin Al-Mukandar berkata: Aku mengikrarkan diriku untuk bersungguh-sungguh selama 40 tahun (maksudnya adalah bersungguh-sungguh dan gigih beribadah) sehingga aku dapat istiqamah!!

12. Tsabit bin Al-Banani berkata: Aku mengikrarkan diriku untuk bersungguh-sungguh selama 20 tahun!! Dan aku menikmatinya dengannya selama 20 tahun pula.

13. Salah seorang yang shalih menunaikan shalat sampai kakinya pecah lalu dia memukul kedua kakinya dan berkata wahai kaki yang selalu mengajak pada kejahatan engkau tidak diciptakan kecuali untuk beribadah.

14. Seorang hamba yang shalih Abdul Aziz bin Abi Rawwad menghamparkan dipannya untuk tidur pada malam hari, lalu dia meletakkan tangannya diatas kasurnya dan merasakannya, lalu dia berkata: Sungguh lembut nian engkau!! Namun dipan di surga lebih lembut darimu!! Kemudian dia bangun dan menunaikan shalat.

15. Al-Fudhail bin Iyadh berkata: Jika anda tidak mampu menunaikan qiyamullail dan puasa disiang hari maka ketahuilah bahwa anda telah diharamkan darinya, anda telah dikuasai oleh banyak kesalahan dirimu.

16. Muammar berkata: Sulaiman At-tamimi shalat disampingku pada bagian terakhir shalat Isya lalu saya mendengar beliau membaca ayat “Tabarakalladzi biyadihil mulku wa huwa ala kulli syain qadir” lalu beliau mengulanginya sampai orang yang ada dimasjid pergi, kemudian sayapun pergi kerumah, dan ketika aku pergi ke masjid untuk adzan shubuh Sulaiman At-tamimi masih ditempatnya seperti saat aku tinggalkan sebelumnya!! Sementara dia berdiri dan mengulangi ayat tidak lebih dari “Falamma roawhu zulfatan siiat wujuhulladzina kafaru”.

17. Istri Masruq bin Al-Ajda’ pernah berkata: “Demi Allah SWT, tidaklah Masruq bangun dari satu malam pada malam-malam lainnya kecuali betisnya bengkak karena benyak melakukan qiyamullail!!.. dan beliau juga melakukan qiyamullail jika keletihan shalat sambil duduk dan tidak pernah meninggalkan shalat, dan jika selesai menunaikan shalat maka dia pergi (pergi ke tempat tidurnya seperti perginya seekor unta ke kandangnya!!

18. Mukhlid bin Al-Husain pernah berkata: Sungguh saya memiliki perhatian terhadap qiyamullail kecuali aku mendapatkan Ibrahim bin Adham selalu berdzikir kepada Allah SWT dan shalat lalu akupun melakukannya untuk itu, kemudian aku membaca ayat ini “Demikianlah karunia yang telah diberikan Allah SWT kepada siapa yang Dia Kehendaki”.

19. Abu Hazim pernah berkata: Sungguh kami pernah menjumpai suatu kaum yang rajin berizin pada batas yang tidak dapat diungguli tambahannya!!

20. Abu Sulaiman Ad-Darani berkata: Aku Pernah melakukan qiyam selama 5 malam berturut-turut dengan satu ayat saja, selalu saya ulangi dan terus meminta kepada Allah SWT agar bisa mengamalkan kandungan ayat yang ada di dalamnya!! Sekiranya Allah SWT tidak mengecam saya dengan lalai maka tidak akan aku tinggalkan ayat tersebut sepanjang hidupku, karena setiap aku mentadabburkan ayat tersebut aku mendapatkan ilmu baru, dan Al-Qur’an tidak akan pernah habis kemukjizatannya!!

21. As-Sari As-Saqti jika datang waktu malam beliau bangun dan salat hingga mendorong dirinya untuk menangis pada malam pertamanya, kemudian begitu lagi dan begitu lagi, jika telah merasa letih maka bertambahlah tangisnya.

22. Seseorang pernah bertanya kepada Ibrahim bin Adham: Sungguh Aku tidak sanggup menunaikan qiyamullail maka berikanlah kepadaku obatnya?!!! Lalu beliau berkata: Janganlah engkau melakukan maksiat pada siang harinya sehigga Allah SWT akan membangunkanmu pada malam harinya, dan ketahuilah bahwa berdirimu dihadapan Allah SWT pada malam hari sangatlah mulia disisi-Nya dan orang yang selalu bermaksiat tidak berhak mendapatkan kemuliaan-Nya.

23. Sufyan At-Tsauri berkata: Aku pernah diharamkan melakukan qiyamullail selama 5 bulan karena perbuatan dosa yang pernah aku lakukan.

24. Seseorang pernah berkata kepada Al-Hasan Al-Bashri: wahai Abu Said: sesungguhnya aku pernah mengabaikan permintaan maaf dan senang melakukan qiyamullail, dan aku kembalikan kesucianku namun kenapa aku tidak bisa melakukan qiyamullail?!!! Al-Hasan berkata: Dosa-dosamu telah mengekang dirimu!!

25. Seseorang juga pernah berkata kepada Al-Hasan Al-Bashri: tolonglah saya untuk bisa melakukan qiyamullail?!! Beliau menjawab: dosa-dosamu telah mengekang dirimu dari melakukan qiyamullail.

26. Ibnu Umar berkata: pertama kali yang akan berkurang dalam ibadah adalah tahajjud dimalam hari, dan meninggikan suara pada saat membaca Al-Qur’an.

27. Atha Al-Khurasani berkata: sesungguhnya seseorang jika menunaikan qiyamullail untuk bertahajjud akan mendapatkan kegembiraan di dalam hatinya, namun jika matanya terkuasai oleh rasa kantuk dan tidur hingga lalai dari hizbnya (melakukan qiyamullail) maka pada pagi harinya akan merasa sedih dan hati yang hancur, seakan dirinya telah kehilangan sesuatu, dan sungguh dirinya telah kehilangan sesuatu yang paling berharga dan bermanfaat (qiyamullail).

28. Ma’qal bin Habin pernah melihat suatu kaum yang banyak makannya, lalu beliau berkata; tidak tampak pada saudara-saudara kita yang memiliki keinginan melakukan qiyamullail.

29. Mis’ar bin Kidam pernah berkata dalam syairnya yang berambisi untuk tidak banyak makan:

Aku dapatkan diriku rasa lapar yang menolak sepotong roti ** dan memenuhi kerongkongan dengan air tawar nan sejuk

Sungguh sedikit makan dapat menolong orang yang ingin shalat ** sementara banyak makan akan menolong orang yang malas.

30. Seorang hamba yang shalih, Ali bin Kidar dihamparkan oleh pembantunya dipan lalu beliau mengelusnya dengan tangannya lalu berkata: Sungguh engkau sangatlah indah!! Sungguhnya engkau sangatlah lembut dan sejuk!! Demi Allah SWT engkau tidak akan bisa menghilangkan malam-malamku (jangan matikan aku malam ini) kemudian beliau bengun dan shalat hingga fajar!!

31. Al-Fudhail bun Iyadh berkata: Aku dapati suatu kaum merasa malu kepada Allah SWT pada gelapnya malam hari dari terlalu banyak tidur!!
Yang demikian adalah ketika tidur, dan jika bergerak (bangun dari tidurnya) dia berkata: bukankah ini untukmu!! Bangunlah dan terimalah nasib baikmu diakhirat kelak!!

32. Hisyam Ad-Dustuai berkata: Sesungguhnya Allah SWT memiliki hamba menolak untuk tidur karena takut meninggal dalam keadaan tertidur.

32. Dari Ja’far bin Zaid berkata: kami pernah keluar untuk berperang menuju (Kabul) dan dalam pasukan (hubungan antara Aisyam Al-Adwi), beliau berkata: maka manusiapun meninggalkan sesuatu setelah kegelapan (yaitu ba’da isya) kemudian tidur dan mendapatkan kelalaian manusia, sampai ketika semua pasukan tidur Shilah bangkit lalu kayu yang ada di pohon yang lebat yang sebagiannya telah patah, lalu akupun masuk pada atsarnya, lalu beliau berwudhu kemudian bangun untuk shalat, dan ketika beliau shalat datang seekor singa yang besar lalu mendekat sedang dirinya dalam keadaan shalat!! Maka akupun loncat dan ketakutan dari terkaman singa lalu naik ke pohon yang terdekat, namun Shilah, demi Allah SWT dia tidak menoleh sedikitpun ke singa!! Beliau tidak takut akan terkamannya dan tidak peduli dengannya!! Kemudian ketika bersujud singa tersebut mendekat darinya. Lalu aku berkata: sekarang pasti akan diterkam olehnya!! Namun singa itu hanya berputar mengitarinya dan sama sekali tidak menyakitinya, kemudian setelah selesai shalat dan mengucapkan salam, dia menoleh pada singa tersebut dan berkata: wahai hewan liar carilah rezkimu di tempat yang lain!! Maka singa itupun pergi dan mengaung yang terdengar hingga pegunungan!! Sementara Shilah masih melanjutkan shalatnya hingga waktu fajar!! Lalu beliau duduk dan membaca puji-pujian yang aku tidak bisa mendengarnya kecuali atas kehendak Allah SWT, kemudian dia berkata: Ya Allah SWT aku memohon kepada Engkau untuk menyelamatkan diriku dari api neraka, atau beranikan pada diriku untuk memohon kepada-MU surga!!! Kemudian beliau kembali ke tempat tidurnya (maksudnya pasukan menduga bahwa dirinya tidur semalam suntuk) lalu bangun pagi dan seakan dirinya tidur diatas dipan yang wangi (yaitu dipan yang lembut dan wangi, maksudnya adalah bahwa dirinya begitu gesit dan semangat) dan akupun kembali ketempat tidurku dan menjadikan diriku dan rasa malasku dan kelalaianku ada sesuatu dari Allah SWT yang Maha Mengetahui.

34. Seorang hamba yang shalih Amru bin Atbah bin Farqad pernah keluar untuk berjuang di jalan Allah SWT, dan ketika datang waktu malam beliau meluruskan kakinya untuk bermunajat kepada Tuhannya dan menangis dihadapan-Nya, sementara pemimpin pasukan yang keluar bersamanya Amru tidak membebani seorangpun untuk melakukan hirasah (jaga malam/ronda); karena Amru merasa cukup dengan dirinya dalam melakukan ibadah shalat malam, dan pada suatu malam ketika Amru bin Atabah shalat malam dan semua tentara tertidur lelap, terdengar aungan singa yang menakutkan, sehingga semua tentara berlarian sementara Amru tetap berdiri pada shalatnya dan sama sekali tidak menghentikan shalatnya!! Dan bahkan tidak menoleh sedikitpun pada singa tersebut!! Dan ketika singa itu pergi meninggalkannya maka merekapun kembali dan berkata kepada Amru: Tidakkah engkau merasa takut pada singa saat engkau shalat?!!! Beliau berkata: Sungguh saya merasa malu kepada Allah SWT jika saya takut kepada selain-Nya.

35. Umar bin Abdul Aziz pernah berkata: sebaik-baik perbuatan adalah sesuatu yang paling dibenci oleh jiwa.

36. Abu Ja’far Al-Baqal berkata: Aku pernah bertemu pada Ahmad bin Yahya, aku melihat dirinya menangis dengan keras seakan dirinya tidak menahan jiwanya!! Lalu saya berkata: sampaikan kepada saya bagaimana kondisimu?!! Namun dia ingin menyembunyikan kepada saya namun saya tidak menghiraukannya, lalu dia berkata kepada saya: saya telah kehilangan hizb saya kemarin!! Dan saya mengira itu tidak terjadi kecuali suatu perkara yang aku lakukan lalu dihukum terhalang melakukan hizbku!! Kemudian dia kembali menangis!! Maka akupun merasa kasihan dan ingin menghiburnya, dan saya katakan kepadanya: sungguh menakjubkan urusanmu!! Engkau tidak ridha kepada Allah SWT pada tidur yang telah diberikan kepadamu sampai engkau menangis seperti itu!! Lalu dia berkata kepadaku: hiraukan saja hal itu wahai Abu Ja’far!! Aku tidak mengira itu terjadi kecuali karena perbuatan yang aku lakukan!! Kemudian dirinya kembali menangis!! Dan ketika aku melihat dirinya tidak menerima ucapan dariku maka akupun pergi meninggalkannya.

37. Dari Abu Ghalib berkata: bahwa Ibnu Umar pernah bersama kami di Mekkah, dan beliau adalah orang yang paling banyak melakukan tahajjud pada malam hari, dan pada suatu hari sebelum waktu subuh tiba beliau berkata: wahai Abu Ghalib: tidakkah engkau shalat walau hanya dengan membaca sepertiga Al-Qur’an. Akupun berkata” Wahai Abu Abdurrahman, waktu subuh telah dekat bagaimana aku bisa membaca sepertiga Al-Qur’an?!! Lalu beliau berkata: bahwa Al-Ikhlas adalah sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an.

38. Abu Ishaq As-Sabi’i berkata: wahai pemuda bersungguh-sungguhlah dan bergiatlah, dan manfaatkan kekuatan dan potensi kalian, gunakan masa muda kalian sebelum datang kondisi lemah, karena sedikit sekali dari waktu malam yang saya lalui kecuali saya membaca di dalamnya seribu ayat!!

39. Seorang hamba yang salih Abdul Wahid bin Yazid berkata kepada keluarganya pada setiap malam: wahai penghuni rumah berhati-hatilah!! (Maksudnya dari tidur kalian) tidaklah ini (dunia) merupakan tempat untuk tidur, telah dekat masa yang diri kalian akan dimakan oleh ulat!!

40. Muhammad bin Yusuf berkata: bahwa Sufyan At-Tsauri mengajak kami untuk bangun malam dan beliau berkata: bangunlah wahai pemuda!! Shalatlah kalian selama kalian masih muda!! Jika tidak hari ini kalian shalat maka kapan lagi?!!

41. Saya pernah masuk pada salah seorang istri imam Al-Auza’I maka orang tersebut melihat ada basah di tempat sujudnya Al-Auza’I, kemudian istrinya berkata Al-Auza’I” celakalah ibumu!! Tampak darimu telah lalai terhadap sebagian anak-anak sampai kencing di masjid Syaikh (Maksudnya tempat shalatnya di malam hari) maka dia berkata kepadanya istri Al-Auza’i: begaiamana ini bisa terjadi pada malam hari!! Ini merupakan bekas tangisnya syaikh dalam sujudnya.

42. Ibrahim bin Syamas pernah berkata: saya pernah melihat Ahmad bin Hambal menghidupkan malam pada saat masih kecil.

43. Abu Zaid Al-Mu’anni berkata bahwa Sufyan At-Tsauri jika datang waktu pagi membentangkan kakinya ke tembok dan kepalanya dibawah agar darahnya kembali normal akibat lama berdiri sepanjang malam!!

44. Abu Muslim Al-Khaulani pernah menunaikan shalat malam dan ketika menimpanya kefukuran atau malas maka ia berkata pada dirinya: apakah boleh menduga para sahabat Muhammad mendahulukan kita, demi Allah SWT aku tidak akan berdesak-desakan atasnya, sampai mereka tahu bahwa mereka ada dan berada dibelakang setelah saya para generasi!! Kemudian berdiri menunaikan shalat hingga datang waktu fajar.

45. Salah seorang ulama shalih pernah bermimpi dalam tidurnya berada di dalam kemah, maka beliau bertanya: milik siapakah ini? Dikatakan bahwa ini adalah kemah orang-orang yang sibuk dengan Al-Qur’an!! Kemudian setelah itu beliau tidak pernah tidur di waktu malam!!

46. Disebutkan bahwa Syaddad bin Aus pernah masuk pada tempat tidurnya bolak balik seperti gandum yang sedang dipanggang diatas bara api!! Dan beliau berdoa: “Ya Allah SWT sungguh api neraka telah menghilangkan aku dari tidur!! Lalu dia bangun dan shalat hingga waktu fajar.

47. Disebutkan bahwa Amir bun Abdullah jika bangun malam menunaikan shalat dan berkata: kedua mataku aku abaikan untuk merasakan nikmatnya tempat tidur sambil melakukan dzikir tidur.

48. Al-Fudhail bin Iyadh berkata: Sungguh saya menerima awal waktu malam, maka akupun mengabaikan panjangnya lalu aku buka Al-Qur’an maka tibalah waktu pagi dan tidak ada sedikipun yang merasa kenyang (maksudnya adalah merasa kenyang dengan bacaan Al-Quran dan shalat).

49. Ketika ada seorang hamba yang shalih Abu As-Sya’sya menangis, maka dikatakan padanya: Apa yang membuatmu menangis!! Maka beliau berkata: sungguh aku tidak pernah mendapat kenikmatan dari melakukan qiyam!!

50. Al-Fudhail bin Iyadh berkata: disebutkan padanya: diantara akhlak para nabi dan orang-orang bersih yang menjadi pilhan yang suci di hari mereka, manusia ada tiga macam: lemah lembut, suka bertobat dan menunaikan shalat dari sebagian waktu malam untuk qiyam.

51. Tsabit ak-Banani melakukan shalat dengan berdiri hingga letih, dan jika merasa letih beliau shalat dengan cara duduk.

52. As-Syirri Al-Saqati berkata: saya melihat beberapa faedah yang terdapat pada kegelapan malam.

53. Sebagian para shalihin berdiri pada sebagian pemuda yang sedang menghambakan diri jika meletakkan sebagian makanannya, dan kemudian berkata kepada mereka: Janganlah kalian banyak makan, minum terlalu banyak dan tidur yang banyak sehingga kalian akan banyak menyesal dan merugi!!

54. Hasan bin Shalih berkata: Sungguh saya malu kepada Allah SWT jika tidur terlalu banyak (berlebihan) maksudnya adalah berbaring diatas dipan (bukan untuk tidur) sampai pada tidurlah yang mengalahkan diriku dan ketika aku tertidur dan kembali bangun kemudian kembali untuk tidur maka Allah SWT tidak akan membangunkan diriku.

55. Seorang hamba shalih Sulaiman At-Tamimi mendapatkan dirinya dan anaknya sedang berputar di keheningan malam di dalam masjid, kemudian keduanya shalat pada satu masjid beberapa saat, kemudian di masjid yang lain sampai tiba waktu pagi!!

Terakhir wahai saudaraku tercinta, bangunlah untuk shalat walau hanya satu rakaat dan saya akhiri tulisan ini hadits ini dengan hadits nabi saw :

“Barangsiapa yang bangun dengan membaca 10 ayat maka tidak akan ditulis untuknya bagian dari orang yang lalai, dan barangsiapa yang bangun lalu shalat dan membaca 100 ayat maka akan ditulis untuknya bagian dari ahli ibadah, dan barangsiapa yang bangun lalu shalat dan membaca 1000 ayat akan ditulis sebagai Al-Muqantirun . (Abu Daud dan ditashih oleh Al-Bani) maksud dari Al-Muqantirun adalah mereka yang akan melintasi jembatan dengan mudah oleh karena ganjaran yang diberikan untuknya.

By FKMI ( Forum Keluarga Muallaf Indonesia)

    Author

    Write something about yourself. No need to be fancy, just an overview.

    Archives

    July 2012

    Categories

    All